Kamis, 10 September 2009

ZYGOMICOTINA

1. Zygomycota
a. Ciri – ciri umum Zygomycota
1. Multiseluler
2. Hifa tidak bersekat ( senositik ), mengandung inti haploid
3. Reproduksi vegetatif dengan membentuk sporangiospora
4. Reproduksi generatif dengan membentuk zigospora

Pada pembiakan aseksual, spora haploid dihasilkan oleh sporangium haploid. Jika spora jatuh di tempat yang sesuai, spora akan tumbuh menjadi hifa baru dan selanjutnya hifa bercabang-cabang membentuk suatu jaringan yang terdiri atas rizoid, sporangiofor dengan sporangiumnya, dan stolon. Sporangium menghasilkan spora baru.
Pembiakan seksual terjadi jika dua ujung hifa yang “berbeda” bersentuhan. Untuk memudahkan dalam membedakan kedua hifa, ditulis dengan memberi tanda (+) dan tanda (-), yaitu hifa (+) dan hifa (-). Kedua ujung hifa mengembang membentuk progametangium yang akan menjadi gametangium. Kedua gametangium melebur menjadi satu badan yang disebut zigospora. Setiap inti haploid dari gametangium (+) menjadi inti diploid. Dinding zigospora menebal sehingga tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dalam waktu lama. Jika keadaan lingkungan sudah membaik, zigospora akan tumbuh membentuk sporangium. Inti-inti diploid di dalamnya membelah secara meiosis menjadi inti haploid yang akan tumbuh menjadi spora haploid. Sporangium yang sudah masak akan pecah, spora haploid keluar dan tumbuh menjadi hifa baru, melanjutkan daur hidupnya. Daur hidup semacam ini terjadi pula pada jamur roti (Rhizopus stolonifer). Jamur ini mengalami keturunan diploid yang singkat.

Contoh spesies dan peranannya
No
Nama
Peranan
1.
2.
3.
4.

Rhizopus oryzae
Rhizopus oligosporus
Rhizopus stolonifer
Mucor mucedo

Pembuatan tempe
Pembuatan tempe
Saprofit pada roti
Saprofit pada roti dan kotoran hewan

JAMUR (FUNGI)

A. Ciri-ciri Umum Jamur
Jamur tergolong organisme eukariot. Jamur ada yang bersel satu, tetapi pada umumnya bersel banyak. Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
a. Struktur Jamur
Tubuh atau talus jamur bersel banyak, pada dasarnya terdiri dari 2 bagian, yaitu miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10 μm, lebih besar dari bakteri yang hanya sekitar 1 μm. Hifa jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat, sehingga haustoria dapat menembus jaringan substrat.
Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu;
1. Senosit atau aseptat, yaitu hifa yang tidak mempunyai dinding septum atau sekat.


2. Septat dengan sel-sel uninukleat, yaitu hifa yang bersekat, tiap sel berisi nukleus tunggal. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel.
3. Septat dengan sel-sel multinukleat, yaitu hifa yang mempunyai sekat, tiap sel berisi nukleus lebih dari satu.

Gambar ... Tipe-tipe Hifa A. Hifa Senosit, B. Hifa Septat dengan sel-sel uninukleat, C. Hifa Septat dengan sel-sel multinukleat. Sumber: Pelczar,1986

Sebagian kecil jamur yang terdiri atas satu sel (uniseluler), misalnya ragi. Pada umumnya, dinding sel jamur tersusun dari bahan kitin, yaitu sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen.

b. Cara Mendapatkan Makanan dan Habitat Jamur
Jamur tidak mengandung klorofil. Oleh karena itu, untuk memperoleh makanan jamur menyerap zat-zat organik dari lingkungannya. Sebelum zat-zat diserap, disederhanakan lebih dahulu oleh berbagai enzim yang dikeluarkan seperti protease, amylase, dan pektinase. Enzim-enzim tersebut menguraikan protein, selulosa, dan pektin. Zat-zat tersebut digunakan untuk berbagai aktifitas kehidupan dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen, protein dan bahan-bahan lain.
Sebagai makhluk heterotrof, jamur bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Ada pula yang hidup bersimbiosis.
a. Parasit obligat, merupakan sifat jamur yang hanya hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif, adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang sesuai.
c. Saprofit, merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanan dari organisme yang mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat langsung menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikorhiza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada likhenes.
Habitat jamur pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.


c. Pertumbuhan dan Reproduksi


Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, dengan pembelahan, pembentukan kuncup, atau pembentukan spora. Secara seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induk. Saat pembelahan, sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada pembentukan kuncup, sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inang. Pembentukan spora, berfungsi untuk menyebarkan spesies dalam jumlah besar. Spora jamur dibedakan menjadi 2, yaitu spora aseksual dan spora seksual. Perbedaan ini didasarkan pada cara pembelahannya. Spora aseksual membelah secara mitosis dan spora seksual membelah secara meiosis. Beberapa macam spora aseksual, yaitu;
1. Konidiospora atau konidium, dibentuk di ujung atau sisi suatu hifa.
2. Sporangiospora, spora bersel satu yang dibentuk dalam kantung disebut sporangium di ujung hifa. Aplanospora merupakan sporangiospora nonmotil. Zoospora adalah sporangiospora yang motil (bergerak), karena memiliki flagel.
3. Oidium atau artrospora, spora bersel satu yang terbentuk dari terputusnya sel-sel hifa.
4. Klamidospora, spora bersel satu berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
5. Blastospora, tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut blastospora.
Gambar ... Jenis-jenis spora aseksual pada jamur.
Sumber; Pelczar,1986

Spora jamur biasanya uniseluler, berbeda-beda bentuk dan ukuran, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang sesuai, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhirnya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.

Beberapa tipe spora seksual, yaitu;
1. Askospora, spora bersel satu, terbentuk di dalam kantung yang dinamakan askus. Biasanya dibentuk delapan askospora dalam setiap askus.
2. Basidiospora, spora bersel satu, terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang disebut basidium.
3. Zigospora, spora besar, berdinding tebal, terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual melebur, disebut juga gametangia.

4. Oospora, spora yang dibentuk dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium. Pembuahan telur oleh oosfer, oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteridium, menghasilkan oospora.

Klasifikasi Jamur
Jamur dikelompokkan berdasarkan struktur tubuh dan cara perkembangbiakan secara seksual. Kelompok jamur yang akan dibahas adalah Devisio Ascomycota, Basidiomycota, Zygomycota dan Deuteromycota